2 Mitos Mengenai Kanker Payudara dan Bra

Ditulis oleh: -
Kanker payudara saat ini menjadi pembunuh banyak wanita di Indonesia dan dunia.

Walta mengingatkan wanita untuk tidak segan memeriksakan payudara selepas usia 40 tahun. Pemeriksaan haruslah menggunakan mammografi yang memiliki sensitifitas dan keakuratan hampir 100 persen. Bila tidak mau mammografi, sebaiknya pilih Magnetic Resonance Image (MRI) yang memiliki kualitas sama namun lebih mahal.

Jika hasilnya positif maka wanita harus segera melanjutkan pemeriksaan, yaitu biopsi. Pemeriksaan yang bersifat diagnosis dan terapi ini akan menjelaskan bentuk, sifat, dan perkembangan kanker. Bentuk pengobatan disesuaikan dengan karakter kanker yang diketahui melalui hasil biopsi.
Tak ada orang yang ingin menderita kanker. Ganasnya serangan dan berbagai kerugian yang ditimbulkan menyebabkan orang berlomba menghindari penyakit ini. Termasuk untuk kanker payudara yang merupakan salah satu pembunuh utama wanita.

Upaya pencegahan menimbulkan beberapa mitos yang tak perlu dipercaya terkait kanker payudara. Berikut 2 mitos tersebut.

2 Mitos Mengenai Kanker Payudara dan Bra


1. Tak perlu menggunakan bra

Bra yang mengikat erat lingkar dada wanita dianggap sebagai penyebab kanker payudara. Tidak perlu terlalu sering menggunakan bra dinilai menjadi salah satu upaya pencegahan.

Mitos ini timbul karena bra yang mengikat erat lingkar dada dianggap menghambat aliran darah. Darah tersebut lantas bergumpal dan menyebabkan kanker. Hal ini sama sekali tidak benar, penggunaan bra tidak berhubungan dengan kanker payudara.

2. Payudara besar risiko meningkat

Mitos lain yang beredar adalah, kanker payudara lebih rentan terjadi pada wanita berpayudara besar. Mitos ini tidak benar, karena payudara kecil dan besar berisiko sama terkena kanker payudara.

Mitos ini timbul karena pada payudara besar sel kanker lebih sulit dideteksi karena tumpukan lemak yang tebal. Yang patut diwaspadai adalah pada wanita yang kurus atau langsing tapi payudaranya besar.




Paling lambat satu bulan satu bulan setelah biopsi, pasien harus segera melakukan pengobatan. Bila terlewat kesempatan kanker tumbuh semakin besar, karena jarum biopsi seperti membuat jalan tol bagi sel menuju permukaan. Meski begitu tidak tepat mitos yang mengatakan biopsi menyebabkan pertumbuhan kanker semakin cepat.

Bentuk pengobatan bisa menggunakan nuklir yang disebut teknik ablasi atau kemoterapi. Kemoterapi lebih efektif diterapkan pada sel kanker yang tumbuh dengan cepat. Akibatnya pengobatan ini mempengaruhi sel organ yang juga tumbuh cepat misalnya rambut, kuku, dan sel darah merah.

sumber: Kompas
editor: Obat Sakit

0 komentar "2 Mitos Mengenai Kanker Payudara dan Bra", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar